Jumat, 22 April 2011

Untuk Calon Istriku

Aku hanya bisa Berwasiat untuk calon istriku maka dengarkanlah wasiatku ini.....
Calon isteriku yang Allah sayangi dan Allah cintai….
Dimanapun engkau berada, seberapa jauh pun jarak yang memisahkan kita, jika Allah sudah menghendaki kita untuk bersatu dalam naungan rahmat dan cinta-Nya, maka insya Allah takkan ada keraguan lagi, dan itulah yang terbaik menurut Allah Swt. Jika Allah Swt menghendaki kebaikan bagi seseorang, maka takkan ada satupun yang mampu mencegahnya, begitu pula sebaliknya, jika Allah menghendaki keburukan bagi seseorang, maka tiada satupun yang mampu mencegahnya. Allah Maha Kuasa menentukan segala sesuatu, maka dalam hal ini, ku mohonkan kebaikan untukmu selalu kepada-Nya, dan aku titipkan pula dirimu dalam perlindungan serta cinta dan kasih sayang-Nya.
Calon Isteriku yang Shalihah……
Seiring waktu yang belum berfihak kepada kita, juga seiring jarak yang masih jauh memisahkan kita, maka dalam hal ini ada beberapa hal yang ingin aku wasiatkan kepadamu. Beberapa hal yang sangat aku harapkan engkau bisa melaksanakannya, karena semuannya demi kebaikan dirimu sebagai seorang Muslimah. Beberapa point yang sangat penting aku tekankan padamu. Ia itu adalah:

» Perbaharui selalu iman dan taqwamu kepada Allah swt. Dengan memperbanyak istighfar dan mohon ampunan atas segala kehilafan dan kelemahan kita selaku manusia biasa. Ingatlah wahai calon isteriku, kita adalah manusia tempat salah dan benar, maka tak ada waktu lagi,selagi kita masih bisa bernafas, perbanyaklah beristighfar pada-Nya.
» Jaga shalat wajib yang lima waktu. Sesungguhnya yang membedakan kita dengan orang kafir adalah shalat. Tambahkan pula dengan sunah rawatib, sebagai tambahan bonus dan penyempurna jika dalam shalat wajib kita ada kekurangan.
» Niatkan selalu untuk shalat tahajjud sebelum engkau tidur, mohon kepada Allah swt agar membangunkanmu di sepertiga malam terakhir untuk bersujud kepada-Nya. Juga niatkan selalu untuk shalat dhuha, dan lebih sempurna lagi bila keduanya dilaksanakan. Ingat wahai calon isteriku, sesungguhnya kalau kita berniat untuk melakukan suatu amal kebajikan, maka Allah Swt sudah mencatatnya sebagai suatu kebaikan.
» Laksanakanlah shaum sunnah, sesuai ajaran dan tuntunan Rasulullah SAW, karena dengan shaum kita bisa melemahkan hawa nafsu kita. Bisa mengekang serta mengendalikannya kepada jalan kebaikan.

» Jaga dan lindungi jasadmu dengan jilbab. Ingat wahai calon isteriku, jilbab bukanlah kerudung, melainkan jilbab adalah seperangkat pakaian seperti kerudung, dan pakaian tubuh lainya yang menutupi auratmu. Menutupi aurat bukanlah hanya sekedar menutupi seluruh tubuhmu, melainkan mengenakan pakaian yang tidak menimbulkan lekuk gambaran tubuhmu. Lindungilah dirimu dengan pakaian yang menurut sunnah, dan jangan melanggarnya, karena ini langsung perintah dari Allah swt. Juga hindarilah sebisa mungkin dirimu dari berpakaian seperti layaknya pakaian lelaki. Wahai calon isteriku, hal ini teramat aku tekankan kepadamu, kerna aku tiada melihat seorang muslimah yang begitu rapih dengan jilbabnya, kecuali hanya sebagian kecil saja dari jumlah keseluruhannya.
» Butakanlah matamu dari memandang hal-hal yang diharamkan oleh Allah Swt. Perbanyaklah memandang ayat-ayat-Nya, baik yang tersurat dalam Al-Qur’an, maupun yang tersirat di alam marcapada ini. Ambillah kebaikan dan pelajaran di dalamnya, agar kita termasuk orang-orang yang selalu berfikir dan mengambil pelajaran.
» Tulikanlah telingamu dari mendengarkan hal-hal yang berbau maksiat, seperti mendengarkan ghibah (gosip{baik menonton atau mendengarkan infotainment}), mendengarkan musik dan lagu-lagu yang kurang bermanfaat dan hanya membuang-buang waktu hingga sia-sia. perbanyaklah mendengarkan ilmu atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an, agar hati kita menjadi tenang dan tentram, serta bertambah khazanah keilmuan kita.
» Bisukanlah lisanmu dari berbicara hal-hal yang kurang bermanfaat. Jauhi ghibah, karena ia bisa melumatkan serta menghancur leburkan pahala amal kebaikan kita. Ingatlah wahai calon isteriku yang Allah cintai. Seorang wanita sangatlah sulit untuk menjaga lisannya dibandingkan seorang lelaki, maka latihlah dirimu dari sekarang. Mulailah dengan berkata-kata yang baik atau lebih baik diam. Ingatlah, sesungguhnya dengan diam itu kalaupun kita tiada diuntungkan olehnya, setidaknya kita tiada dirugikan juga. Maka bisukanlah lisanmu dari berbicara yang kurang bermanfaat.
» Sebaik-baik tempat bagi seorang muslimah adalah di rumah, maka keluarlah jika dirimu ada keperluan saja, baik itu untuk memenuhi kebutuhan pribadimu atau untuk menuntut ilmu. Sesudah itu langsung kembali ke rumah, kerna rumah adalah tempat paling baik dan paling aman bagimu.
» Jangan membiasakan diri menghambur-hamburkan uang untuk hanya berbelanja hal-hal yang kurang begitu penting. Berbanyaklah menabung dan lebih utama lagi perbanyaklah bershodaqoh, karena harta yang kita miliki itu akan dipertanggung jawabkan di akhirat, darimana asalnya dan kemana harta itu kita gunakan.
» Jagalah hatimu dari mengumpat dan menyimpan unek-unek yang kurang baik. Bersabarlah dengan apapun yang kita alami, perbanyaklah berdoa untuk kebaikan orang lain.
» Pautkanlah selalu hatimu kepada Allah Swt. Jaga baik-baik cinta yang engkau miliki untuk-Nya, kerna itu adalah mutiara yang sangat berharga yang tidak semua orang bisa memilikinya, juga tak bisa digantikan dengan apapun di dunia ini. Perbanyaklah berdzikir dan menyebut asma-Nya.

» Manfaatkanlah waktu luang yang engkau miliki dengan menambah ilmu dan kebaikan. Jangan sia-siakan waktu kita, dan hindarilah majelis-majelis yang di dalamnya terkandung unsur ghibah, hura-hura dan canda-canda yang berlebihan. Bergabunglah dengan saudari-saudarimu yang seakidah dan satu tujuan. Sekali lagi, jika tiada kegiatan, maka manfaatkanlah waktumu dengan membaca dan menambah khazanah keilmuanmu.
Wahai calon isteriku tercinta……
Jika Allah menghendaki kita bertemu dan bersatu dalam ikatan suci berupa pernikahan yang Allah limpahkan di dalamnya Rahmat dan cinta dari-Nya, maka kitalah yang pertama kali akan menjadi contoh bagi putera-puteri kita. Ingatlah, sesungguhnya seorang anak terlahir dengan suci. bagaikan selembar kertas putih polos dan bersih. Kitalah yang akan mendidiknya mau menjadi apapun juga. Seorang anak tergantung bagaimana orang tuanya, maka dalam hal ini aku mengajak padamu, mari kita berlatih diri dari sekarng untuk menjadi hamba-hamba Allah yang ridha dan Allah pun meridhai kita. Semoga dengan cara ini kita bisa menjadi contoh yang baik bagi putera-puteri serta anak cucu kita, lebihnya bagi tetangga dan masyarakat sekitar kita.
Calon isteriku yang terkasih dan Allah cintai….
Perbanyaklah bersyukur atas pemberian dari Allah Swt, apapun bentuknya. Karena dengan bersyukur, maka Allah akan menambahkan nikmat pada kita, dan apabila kita kufur, tunggulah adzab Allah yang sangat pedih (na’udzubillahi mindzalik). Kita, manusia ciptaan Allah Swt, tak ada yang mampu kita lakukan selain mengikuti aturan yang telah Allah tentukan bagi kita selaku hamba-hamba-Nya.

Semoga Allah Swt sentiasa melimpahkan rahmat dan cinta-Nya bagi kita, umumnya bagi seluruh hamba-hamba-Nya yang Allah ridha dan kitapun ridha pada-Nya. Calon isteriku yang terkasih, resapi dan tafakkuri beberapa wasiatku di atas. Sesungguhnya aku tiadalah menyuruhmu, tetapi lebih pada mengajakmu. Yakinlah, sesungguhnya wasiatku itu adalah untuk kebaikan kita bersama. Ambillah kebaikan di dalamnya karena itu anugerah dan karunia Allah swt., dan buanglah serta luruskanlah apabila ada kekeliruan di dalamnya, karena itu hanyalah kehilafanku sendiri selaku manusia yang lemah tanpa pertolongan-Nya.
Calon isteriku…..
Aku tak mampu menjagamu setiap saat, maka aku hanyalah mampu menitipkanmu pada perlindungan Allah swt sebaik-baik Pelindung bagi hamba-hamba-Nya yang memohon perlindungan kepada-Nya. Kutitipkan pula salam dan cintaku untukmu kepada-Nya….
Jagalah diri, hati dan imanmu……
Calon Suamimu

Rabu, 06 April 2011

Ta'aruf Cinta

Assalamu'alaikum semua . . .
entri ini ana tujukan untuk semuany, namun ada yang ana khususkan pula untuk seorang yang sedang bingung dengan apa yang namanya TA'ARUF CINTA.

Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Ta'aruf proses perkenalan dan pendekatan antara laki-laki dan wanita yang
hendak menikah. Ta'aruf sangat berbeda dengan pacaran. Ta`aruf secara syar`i memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah. Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta'aruf adalah dari segi tujuan, cara, dan manfaat.

Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina dan maksiat. Sedang ta'aruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon
pasangan.
Dalam pacaran, mengenal dan mengetahui hal-hal tertentu calon pasangan
dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak memenuhi kriteria sebuah
pengenalan. Ibarat seorang yang ingin membeli mobil second tapi tidak
melakukan pemeriksaan, dia cuma memegang atau mengelus mobil itu tanpa
pernah tahu kondisi mesinnya. Bahkan dia tidak menyalakan mesin atau membuka kap mesinnya. Bagaimana mungkin dia bisa tahu kelemahan dan kelebihan mobil itu.

Sedangkan taaruf adalah seperti seorang montir mobil ahli yang memeriksa
mesin, sistem kemudi, sistem rem, sistem lampu dan elektrik, roda dan
sebagainya. Bila ternyata cocok, maka barulah dia melakukan tawar menawar.
Ketika melakukan ta'aruf, seseorang baik pihak laki atau wanita berhak untuk bertanya yang mendetail, seperti tentang penyakit, kebiasaan buruk dan baik, sifat dan lainnya. Kedua belah pihak harus jujur dalam menyampaikannya.Karena bila tidak jujur, bisa berakibat fatal nantinya.

Namun secara teknis, untuk melakukan pengecekan, calon pembeli tidak pernah
boleh untuk membawa pergi mobil itu sendiri. Silahkan periksa dengan baik
dan kalau tertarik, mari bicara harga.

Dalam upaya ta'aruf dengan calon pasangan, pihak laki dan wanita
dipersilahkan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan
masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu
harus dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma berdua
saja. Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau
keluarganya. Jadi ta`aruf bukanlah bermesraan berdua, tapi lebih kepada
pembicaraan yang bersifat realistis untuk mempersiapkan sebuah perjalanan
panjang berdua.

Taaruf adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan
terhadap calon pasangan. Sisi yang dijadikan pengenalan tidak hanya terkait
dengan data global, melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut
masing-masing pihak cukup penting.

Misalnya masalah kecantikan calon istri, dibolehkan untuk melihat langsung
wajahnya dengan cara yang seksama, bukan cuma sekedar curi-curi pandang atau ngintip fotonya. Justru Islam telah memerintahkan seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya secara langsung face to face, bukan melalui media foto, lukisan atau video.

Karena pada hakikatnya wajah seorang wanita itu bukan aurat, jadi tidak ada
salahnya untuk dilihat. Dan khusus dalam kasus ta`aruf, yang namanya melihat wajah itu bukan cuma melirik-melirik sekilas, tapi kalau perlu dipelototi dengan seksama. Periksalah apakah ada jerawat numpang tumbuh disana. Begitu juga dia boleh meminta diperlihatkan kedua tapak tangan calon istrinya. Juga bukan melihat sekilas, tapi melihat dengan seksama. Karena tapak tangan wanita pun bukan termasuk aurat.

Lalu bagaimana dengan keharusan ghadhdhul bashar ? Bab ghadhdhul bashar
tempatnya bukan saat ta`aruf, karena pada saat ta`aruf, secara khusus
Rasulullah SAW memang memerintahkan untuk melihat dengan seksama dan teliti.


Selain urusan melihat fisik, taaruf juga harus menghasilkan data yang
berkaitan dengan sikap, perilaku, pengalaman, cara kehidupan dan
lain-lainnya. Hanya semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan
dalam koridor syari`ah Islam. Minimal harus ditemani orang lain baik dari
keluarga calon istri atau dari calon suami. Sehingga tidak dibenarkan untuk
pergi jalan-jalan berdua, nonton, boncengan, kencan, ngedate dan seterusnya
dengan menggunakan alasan ta`aruf. Janganlah ta`aruf menjadi pacaran.
Sehingga tidak terjadi khalwat (berdua-duaan) dan ikhtilath antara pasangan
yang belum jadi suami istri ini.

Wallahu a'lam bish-shawab.