Sabtu, 31 Maret 2012

Do'a hantaran untuk mu ibu dan ayah . . .

Ya Allah, ampuni dosa ibuku, dosa ibuku, dosa ibuku, dan dosa ayahku.
Ya Allah, pelihara dan lindungi, dan berikanlah kesehatan pad kedua orang tua hamba.
Ya Allah, ampuni dosa hamba, berikanlah hamba kemudahan dalam mengarungi kehidupan ini, guna mencari Ridho-Mu ya Allah.

Ibu, maafkan anakmu ini, yang hingga saat ini belum bisa membuatmu tersenyum bahagia dan bangga.
maafkan anakmu, yang masih bisa membuatmu menangis sedih dan kecewa.
Ayah, maafkan anakmu ini, yang kadang masih melawan keinginanmu. anakmu ini tidak ingin apa-apa, hanya ingin dukungan dan pengakuan.
Ayah dan Ibu, terima kasihku sepanjang hayat untuk engkau berdua. karna tanpa engkau, nisacaya anakmu ini bukan apa-apa.
ayah dan ibu, mohon doa dan restumu, agar anakmu ini kuat dan tabah dalam menjalani hidup ini, sembari mencari jati diri, dan semoga bisa menggapai ridho Illahi Robbi..

Aku Hanya Ingin Sendiri

Hari ini hujan seperti sengaja menyapaku lebih awal. Lebih pagi, bahkan di saat aku belum sempat berucap 'selamat pagi.'

Aku belum tersenyum hari ini. Kalau pun iya, itu hanyalah garis yang ku ciptakan untuk menyenangkan orang lain. Orang lain?!

Terkadang aku bertanya, kapan aku bisa menyenangkan diriku sendiri. Berhenti membohongi diriku. Berhenti berpura-pura bahwa semua berjalan baik-baik saja.

Mereka bilang aku selalu menyenangkan, tapi aku merasa tidak. Mereka bilang aku murah senyum, tapi mereka tak pernah tahu bahwa aku selalu menangis.

Saat sakit, aku menyimpannya sendiri. Saat terluka, hanya jemariku yang bisa bicara. Saat sedih, aku berbagi dengan dinding kamarku.

Huft. . . Aku lelah. Ingin berhenti berlari. Ingin berhenti bermimpi. Tapi hanya 2 hal itu yang bisa menyenangkan diriku.

'Jika kamu letih, berhentilah sejenak. Jangan pernah berhenti selamanya. Setelah letihmu hilang, kamu akan mendapatkan kekuatan baru, lalu lanjutkanlah perjalananmu.'

Seperti itu?! Kalau memang begitu, biarkan aku mengendurkan setiap urat syarafku. Menghela nafas panjang, lalu mengeluarkannya perlahan.

Sekali ini saja. . Biarkan aku menjadi makhluk yang melankolis. Biarkan aku kehilangan sedikit candaku. Biarkan untuk sejenak aku berhenti mengkhianati hatiku.

Kali ini saja. .
Aku ingin sendiri. .

Jumat, 30 Maret 2012

Restorasi Meiji dan HIMASAIFI

Dalam acara pelantikan kepengurusan baru HIMASAIFI (Himpunan Mahasiswa Sains Fisika) KBM UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Ketua Jurusan Fisika Mada Sanjaya WS, Ph.D memberikan sambutan dan mengatakan bahwa HIMASAIFI harus menjadi fasilitator atau penggerak, seperti halnya negara Jepang pada zaman kekuasaan Kaisar Meiji pada peristiwa bersejarah yang telah diakui dunia yaitu “Restorasi Meiji”.
Tahukan sejarah Restorasi Meiji? Restorasi Meiji atau yang disebut juga Revolusi Meiji, atau Pembaruan Meiji, adalah serangkaian kejadian yang berpuncak pada pengembalian kekuasaan di Jepang kepada Kaisar pada tahun 1868. Restorasi ini menyebabkan perubahan besar-besaran pada struktur politik dan sosial Jepang, dan berlanjut hingga zaman Edo (sering juga disebut Akhir Keshogunan Tokugawa) dan awal zaman Meiji. Restorasi Meiji terjadi pada tahun 1866 sampai 1869, tiga tahun yang mencakup akhir zaman Edo dan awal zaman Meiji. Restorasi ini diakibatkan oleh Perjanjian Shimoda dan Perjanjian Towsen Harris yang dilakukan oleh Komodor Matthew Perry dari Amerika Serikat. Begitulah sekilas info dari restorasi meiji.
Menurut beliau, restorasi meiji dipimpin oleh Kaisar Meiji yang waktu itu masih berusia 15 tahun untuk melakukan sebuah perubahan besar di Negara Jepang. Kalau Kaisar Meiji saja bisa melakukan perubahan yang sangat besar dan diakui oleh dunia, kenapa kita sebagai pengurus HIMASAIFI yang usianya lebih dari 15 tahun tidak bisa melakukan hal yang sama? Jepang mampu melebihi negara-negara yang maju seperti Amerika serikat, eropa dan Negara lainnya setelah mengalami keterpurukan, kenapa kita tidak bisa? Kita pasti mampu untuk melakukannya. Kita bisa membuat perubahan HIMASAIFI menjadi lebih baik dari yang lainnya. Kita bisa mulai dari sekarang!
Beliau juga memberikan sedikit pesan, beliau mengatakan “Banyak masalah dalam keorganisasian masalah utamanya itu adalah tidak komitmennya pengurus, tidak loyalnya pengurus dalam mewujudkan visi misi dari keorganisasian. Itu yang berbahaya. Ketika ada satu dua tiga pengurus yang tidak komitmen dengan janjinya itu sama saja seperti kanker, awalnya satu sel rusak, sel itu berkembang dan berkembang sampai akhirnya menghancurkan menggorogoti tubuh kita. Kita harus loyal dan komitmen dengan sumpah kita, dengan tetap tawadzu dengan tetap seimbang. Apabila kita bisa komitmen dalam organisasi ini dan semua pemikirannya sama mewujudkan HIMASAIFI go international itu bukanlah hal yang tidak mungkin.”
Ayoooo untuk para pengurus yang baru, kita buktikan bahwa kita bisa tetap loyal dan komitmen dengan janji kita dan sumpah kita yang telah kita ucapkan atas nama Asma Allah. Pasti bisa!

Rabu, 28 Maret 2012

Sepucuk Surat untuk Ukhti

Ukhti…Besarnya tudungmu tidak menjamin sama dengan besarnya semangat jihadmu menuju redha tuhanmu,mungkinkah besarnya tudungmu itu hanya digunakan sebagai fashion atau gaya zaman sekarang, atau mungkin tudung besarmu hanya dijadikan alat perangkap busuk supaya mendapatkan ikhwan yang diidamkan bahkan bisa tudung besarmu hanya akan dijadikan sebagai identitimu saja, supaya bisa mendapat gelaran akhawat dan dikagumi oleh banyak ikhwan.

Ukhti…tertutupnya tubuhmu tidak menjamin bisa menutupi aib saudaramu,keluargamu bahkan diri antunna sendiri, cuba perhatikan sekejap saja, apakah aib saudaramu, teman dekatmu bahkan keluargamu sendiri sudah tertutupi, bukankah kebiasaan buruk seorang perempuan selalu terulang dengan tanpa di sedari melalui ocehan-ocehan kecil sudah membekas semua aib keluargamu, aib sudaramu, bahkan aib teman dekatmu melalui lisan manis mu

Ukhti…lembutnya suaramu mungkin selembut sutera bahkan lebih dari pada itu, tapi akankah kelembutan suara antunna sama dengan lembutnya kasihmu pada saudaramu, pada anak-anak jalanan, pada fakir miskin dan pada semua orang yang menginginkan kelembutan dan kasih sayangmu.

Ukhti…lembutnya parasmu tak menjamin selembut hatimu, akankah hatimu selembut salju yang mudah meleleh dan mudah terketuk ketika melihat segerombolan anak-anak palestina terlihat gigih berjuang dengan berani menaruhkan jiwa dan raga bahkan nyawa sekali pun dengan titis darah terakhir, akankah selembut itu hatimu ataukah sebaliknya hatimu sekeras batu yang ogah dan cuek melihat ketertindasan orang lain.

Ukhti…Rajinnya tilawahmu tak menjamin serajin dengan solat malammu,mungkinkah malam-malammu di lewati dengan rasa rindu menuju tuanmu dengan bangun di tengah malam dan di temani dengan butiran-butiran airmata yang jatuh ke tempat sujud mu serta lantunan tilawah yang tak henti-hentinya berucap membuat setan terbirit-birit lari ketakutan,atau sebaliknya, malammu selalu di selimuti dengan tebalnya selimut setan dan di nina bobokan dengan mimpi-mimpi jorokmu bahkan lupa kapan bangun solat subuh.

Ukhti…Cerdasnya dirimu tak menjamin bisa mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu, mungkinkah temanmu bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang entum dapatkan, ataukah antunna tidak peduli sama sekali akan kecerdasan temanmu, saudaramu bahkan keluargamu,sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang snagat mengerikan yaitu maksiat.

Ukhti…cantiknya wajahmu tidak menjamin kecantikan hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan diri antum sendiri, pernahkah antum menyadari bahwa kecantikan yang antum punya hanya titipan ketika muda, apakah sudah tujuh puluh tahun kedepan antum masih terlihat cantik,jangan-jangan kecantikanmu hanya di jadikan perangkap jahat supaya bisa menaklukan hati ikhwan dengan senyuman-senyuman busukmu.

Ukhti…tundukan pandanganmu yang jatuh ke bumi tidak menjamin sama dengan tundukan semangatmu untuk berani menundukkan musuh-musuhmu,terlalu banyak musuh yang akan antum hadapi mulai dari musuh-musuh islam sampai musuh hawa nafsu pribadimu yang selalu haus dan lapar terhadap perbuatan jahatmu.

Ukhti…tajamnya tatapanmu yang menusuk hati, menggoda jiwa tidak menjamin sama dengan tajamnya kepekaan dirimu terhad apa warga sesamamu yang tertindas di palestina, pernahkah antum menangis ketika mujahid-mujahidah kecil tertembak mati, atau dengan cuak membiarkan begitu saja, pernahkah antum merasakan bagaimana rasanya berjihad yang di lakukan oleh para mujahidah-mujahidah teladan.

Ukhti…lirikan matamu yang menggetarkan jiwa tidak menjamin dapat menggetarkan hati saudaramu yang senang bermaksiat, cuba antunna perhatikan dunia sekelilingmu masih banyak teman,saudara bahkan keluarga antum sendiri belum merasakan manisnya islam dan iman mereka belum merasakan apa yang antum rasakan, bisa jadi salah satu dari keluargamu masih gemar bermaksiat, berpakaian seksi dan berperilaku binatang yang tak karuan, sanggupkah antum menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka bisa merasakan sama apa yang kamu rasakan yaitu betapa lazatnya hidup dalam kemuliaan islam.

Ukhti…Putihnya kulitmu tidak menjamin seputih hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan keluargamu sendiri, masihkah hatimu terpelihara dari berbagai penyakit yang merugikan seperti riya dan sombong, pernahkah antum membanggakan diri ketika kesuksesan dakwah telah di raih dan merasa diri paling wah, merasa diri paling aktif,bahkan merasa diri paling cerdas di tas rata-rasat akhwat yang lain,sesombong itukah hatimu, lalu di manakah beningnya hatimu, dan putihnya cintamu.

Ukhti…rajinnya ngajimu tidak menjamin serajin infakmu ke mesjid atau mushola, sadarkah antum kalo kotak-kotak nongkrong di masjid masihterliat kosong dan menghawatirkan, tidakkah antum memikirkan infaq sedikit saja, bahkan kalaupun infaq, kenapa uang yang paling kecil dan paling lusuh yang antum masukkan, maukah antum di beri rizki sepelit itu.

Ukhti…rutinnya halaqahmu tidak menjamin serutin puasa sunanah senin kamis yang antum laksanakan , kejujuran hati tidak bisa di bohongi,kadang semangat fisik begitu bergelora untuk di laksanakan tapi, semangat ruhani tanpa di sadari turun drastic, puasa yaumul bith pun terlupakan apalagi puasa senin kamis yang di rasakan terlalu sering dalam seminggu, separah itukah hati antum, makanan fisik yang antum pikirkan dan ternyata ruhiyah pun butuh stok makanan, kita tidak pernah memikirkan bagaimana akibatnya kalau ruhiyah kurang gizi

Ukhti…manisnya senyummu tak menjamin semanis rasa kasihmu terhadap sesamamu, kadang sikap ketusmu terlalu banyak mengecewakan orang sepanjang jalan yang antum lewati, sikap ramahmu pada orang antum temui sangat jarang terlihat, bahkan selalu dan selalu terlihat cuex dan menyebalkan, kalau itu kenyataannya bagaimana orang lain akan simpati terhadap komunitas dakwah yang memerlukan banyak kader, ingat!!! Dakwahtidak memerlukan antum tapi… antumlah yang memerlukan dakwah, kitas emua memrlukan dakwah

Ukhti…rajinnya shalat malammu tidak menjamin keistiqomahan seperti rosulullah sebagai panutanmu.

Ukhti…ramahnya sikapmu tidak menjamin seramah sikapmu terhadap sang kholikmu, masihkah antum senang bermanjaan dengan tuhanmu dengan shalat duhamu, shalat malammu?

Ukhti…dirimu bagaikan kuntum bunga yang mulai merekah dan mewangi,akankah nama harummu di sia-siakan begitu saja dan atau sanggupkah antum ketika sang mujahid akan segara menghampirimu.

Ukhti…masih ingatkah antum terhadap pepatah yang masih teringiang sampai saat ini bahwa akhwat yang baik hanya untuk ikhwan yang baik,jadi siap-siaplah sang syuhada akan menjemputmu di pelaminan hijaumu.

Ukhti…Baik buruk parasmu bukanlah satu-satunya jaminan akan sukses masuk dalam surga rabbmu.Maka, tidak usah berbangga diri dengan parasmu yang molek, tapi berbanggalah ketika iman dan taqwamu sudah betul-betul terasa dan terbukti dalam hidup sehari-harimu.

Ukhti…muhasabah yang antum lakukan masihkah terlihat rutin dengan menghitung-hitung kejelekan dan kebusukan kelakuan antum yang dilakukan siang hari, atau bahkan kata muhasabah itu sudah tidak terlintas lagi dalam hatimu, sungguh lupa dan sirna tidak ingat sedikitpun apa yang harus di lakukan sebelum tidur, antum tidur mendengkur begitu saja dan tidak pernah kenal apa itu muhasabah sampai kapan akhlak busuk mu di lupakan, kenapa muhasabah tidak di jadikan sebagai moment untuk perbaikan diri bukankah akhwat yang hanya akan mendapatkan ikhwah yang baik.

Ukhti…pernahkah antum bercita-cita ingin mendapatkan suami ikhwan yang ideal, wajah yang manis, badan yang kekar, dengan langkah tegap dan pasti, bukankah apa yang antum pikirkan sama dengan yang ikhwan pikirkan yaitu ingin mencari istri yang solehah dan seorang mujahidah, kenapa tidak dari sekarang antum mempersiapkan diri menjadiseorangan mujahidah yang solehah

Ukhti…apakah kebiasaan buruk wanita lain masih ada dan hinggap dalam diri antum,seperti bersikap pemalas dan tak punya tujuan atau lama-lama nonton tv yang tidak karuan dan hanya kan mengeraskan hati sampai lupa waktu, lupa bantu 0rang tua, kapan akan menjadi anak yang biru walidain, kalau memang itu terjadi jadi sampai kapan, mulai kapan antum akan mendapat gelar mujahidah atau akhwat solehah.

Ukhti…apakah pandanganmu sudah terpelihara, atau pura-pura nunduk ketika melihat seorang ikhwan dan terlepas dari itu matamu kembali jelalatan layaknya mata harimau mencari mangsa, atau tundukan pandangannmu hanya menjadi alasan belaka karena merasa berkerudung besar.

Ukhti… hatimu di jendela dunia, dirimu menjadi pusat perhatian semua orang, sanggupkah antum menjaga izzah yang antum punya, atau sebaliknya antum bersikap acuh tak acuh terhadap penilaian orang lain dan hal itu akan merusak citra akhwat yang lain, kadang orang lain akan mempunyai persepsi di sama ratakan antara akhwat yang satu dengan akhwat yang lain, jadi kalo antum sendiri membuat kebobrokan akhlak maka akan merusak citra akhwat yang lain.

Ukhti…dirimu menjadi dambaan semua orang, karena yakinlah preman sekalipun, bahkan brandal sekalipun tidak menginginkan istri yang akhlaknya buruk tapi semua orang menginginkan istri yang solehah,siapkah antum sekarang menjadi istri solehah yang selalu didamba-dambakan oleh semua orang?

Surat untuk Sahabat

Assalamu ‘alakum sahabat…
Semoga saat engkau membaca surat ini, engkau dalam keadaan tersenyum. Karena Allah telah menghadirkan kembali rasa sayang serta KasihNya padamu. rasa yang sama saat kita bersama dulu, menjalani hari – hari penuh lelah, merangkai senyum dalam keletihan. Namun, kita menghimpunnya dalam suasana penuh cinta.

Sahabatku.
Sekali lagi aku menyapamu, untuk sebuah rasa rinduku padamu. Apa kabarmu hari ini? Dari tempat aku menulis sepucuk surat ini, aku selalu berdoa dalam segenap hatiku, agar engkau di sana tetap teguh dalam keimanan, dan Allah tak pernah hentinya mencurahkan RahmatNya padamu.

Sahabat…
Pernahkah kau berpikir mengapa Allah mempertemukan kita? Adakah semua kenangan indah yang kita alami terjadi begitu saja. Aku tak kuasa membendung butiran cinta bila merenungi semua ini. Semalam di sepertiga malamku, ku curahkan segenap rinduku pada Sang Pemberi Cinta, karena aku tahu padaNya lah bermula rasa rinduku padamu. dan tak lupa sebait doa ku lantunkan di sepertiga malam ku itu, agar kau selalu dalam naunganNya.

Sahabat….
Terakhir kali kala kita akan berpisah, sebenarnya aku benar – benar tak kuasa melepasmu, kenangan - kenangan manis yang telah lama kita jalin, rasanya terlalu erat untuk diuraikan. Tapi senyummu ketika itu, mengisyaratkan agar aku tetap tabah. Hingga kini bila jiwaku terasa sunyi wajah ceriamu selalu hadir. Seolah engkau benar – benar ada di sampingku. Menghiburku dengan cerita – cerita indah dari syurga, cerita tentang orang – orang yang selalu dikasihi Allah karena saling mencintai karenaNya.

Sahabat…
Suatu kali saat cahaya senja menaungiku di bibir pantai, aku termenung sambil menatap riak – riak air laut yang tenang. membiarkan angin dengan lembutnya menerpa wajahku. Mengusikku, yang kala itu sedang terkenang akan dirimu. Dan butiran beningpun kembali mengalir, sesekali riak – riak air laut menggodaku, menyentuh kakiku yang tak beralas.

Sahabatku, yang jiwamu selalu terpancar cahaya keimanan
Bila bisa memilih, aku ingin selalu setia bersamamu, mendengarkan cerita – cerita indahmu, atau menghiburmu kala kau sedang berduka. Tapi, aku mengerti bahwa sang Khaliq telah menyiapkan skenario terindahnya untuk kita, sehingga Tak ku risaukan lagi apapun takdir Tuhan tentang kita nantinya, bisa mengenalmu saja aku sudah sangat bersyukur. Aku bersyukur karena Allah telah menghadirkan dirimu pada sepotong mozaik hidupku yang singkat ini. Sepotong kenangan indah bersamamu, mampu mencerahkan setiap langkahku.

Sahabat….
Sepucuk Surat yang engkau genggam ini, ku tulis dengan hati yang bergetar. Setiap untaian katanya adalah kuntum – kuntum rinduku padamu. aku menulisnya dengan perasaan yang sama saat kita meguncapkan janji – janji suci, bahwa kita akan bertemu kembali di tempat terindahNya, syurga firdaus. Kini, saat kita tak bersama lagi. Hanya janji suci itulah yang menguatkan aku, mengiringi langkahku dalam merangkai cita –
cita.
Sahabatku,
Semenjak kita berpisah, aku telah mengenal banyak orang, bertemu bermacam rupa manusia. Namun, tak kutemukan satupun perasaan yang sama saat bersamamu. Ada kehangatan jiwa yang ku rasakan, saat kita menertawakan kecerobohan kita sendiri, kau telah mengajari aku bagaimana cara agar kita tetap tersenyum, meski takdir terasa pahit.

Sahabatku…
Ku harap engkau selalu dalam kebaikan, jagalah selalu shalatmu, tilawahmu, serta lisanmu. Sehingga para malaikat menyaksikan engkau sebagai hambaNya yang sempurna dalam keimanan. Sahabatku, ku harap pula agar engkau selalu menjaga akhlakmu di manapun engkau berada, serta kepada siapapun, kepada orang yang muda ataupun tua, bahkan kepada orang – orang yang membencimu sekalipun.
Begitu juga diriku, ku mohon agar engkau selalu mendoakanku. Agar kita bisa menjadi pribadi yang menawan karena akhlak dan ilmu.

Sahabatku..
Seterjal apapun perjalan yang kau tempuh, sepahit apapun kisah yang kau rasa. Ku mohon padamu, janganlah pernah berpaling dari cahayaNya. Yakinlah, bahwa engkau tak pernah sendiri, Allah dengan segala kemurahanNya akan selalu membimbingmu, asal dirimu selalu menjaga waktu untuk selalu dekat padaNya.

Sahabatku yang hatinya selalu terpancar cahaya Illahi, selalu ada ruang dihatiku untukmu, karena kau telah terlebih dahulu membesarkan hatiku. Dan aku berharap semoga kita bertemu kembali walau di tempat dan waktu yang berbeda, namun masih ada cinta di sana.

Sahabatku, yang karena Allah aku merindukanmu.
Inilah sepucuk surat yang ku tulis untukmu, ku tulis dengan hati yang ikhlas, dengan jiwa yang basah. Semoga setelah engkau membacanya, semakin terjalinlah rasa persahabatan kita. Dan semakin semangat pula ikhtiar kita menuju jalanNya. Semoga Allah menghimpun kita di taman – taman surganya, seperti janji suci yang telah kita ikrarkan.

Wassalam.